Senin, 09 Januari 2012

JONGGRING SALAKA BEACH






Perayaan malam tahun baru merupakan salah satu ajang untuk menumpahkan segala kepenatan yang ada dalam pikiran untuk dikeluarkan dari otak kita. Begitu juga aku dan temen-temenku. Di kota Batu pasti akan sangat rame sekali. Orang-orang akan berdatangan kesana untuk membuatkan kota yang dingin itu menjadi sumpek sehingga kami tidak memilih kota itt sebagai tujuan untuk merayakan malam tahun baru. Di kota malang sendiri pun pasti akan ramai dengan orang-orang yang sudah berkuasa dikota ini alias penghuni tetap yang asli Malang ataupun perantau. Dan dengan kondisi kantong yang kering diakhir bulan apalagi akhir tahun (bukannya tiap hari juga kanker) kami memilih tempat yang sepi tapi murah dan tentunya tidak kalah menarik dari tempat-tempat wisata yang sering dkiunjungi orang. Dimanakah itu?
Pantai jongring Salaka adalah tempat yang tepat. Dan aku yakin orang asli malang pun tidak banyak yang tau dengan tempat ini dan sudah terbukti saat aku berbicara tentang pantai Jongring Salaka dengan orang-orang asli Malang atau orang yan sudah lama tinggal di Malang, mereka memang tidak mengetahui misteri pantai ini.
Dasar mahasiswa yang gak modal, untuk berangkat kesana kami harus mencari pinjaman motor. Karena pasti gak bakalan jadi kalo berangkatnya pake mobil. Bisa-bisa bukan seneng yang kita dapet tapi pusing karna harus mikirin biaya untuk service mobil. Soalnya akses kesana kita harus ngelewatin makadam yang lumayan jauh. Sebenernya selain obil, kita bisa menyewa pickup yang harganya lima ratus ribu tapi seperti yang ku bilang tadi kondisi kantong yang sangat kering makanya kita harus ngusahain pinjaman motor. Ingat, pinjaman bukan penyewaan karna di Malang tidak ada tempat yang menyewakan kendaraan yang bernama motor itu. Aku udah tanya temen-temenku tapi gak ada yang tau tempat penyewaan motor dan “motor siapa yang bisa dipinjam saat tahun baru gini?” bathinku. Dasar anak-anak yang gak mau repot jadilah aku ditunjuk sebagai koordinator tanpa SK atau Surat Keputusan dari mereka. Dan berhubung aku yang kebelet dari januari 2011 pengen ke pantai itu lagi, akhirnya aku dengan sukarela aku menerimanya.
Tugas pertamaku pun sebagai koordinator mulai kujalankan yaitu mencari siapa-siapa saja yang ikut. Sudah kudapatkan nama-nama itu tapi aku harus memastikan lagi sebelum berangkat karna banyak juga yang kata orang-orang skarang itu GE-JE alias gak jelas. Langkah kedua yaitu melihat kontak-kontak yang ada diHPku, untuk apa? Yup! Benar sekali, untuk meminjam motor. Aku meng-esemes orang-orang yang sekiranya bisa dipinjam motornya. Langkah kedua ini sudah kulakukan sejak H-3 namun nihil. Hmmmm….. kemana aku harus meminjam motor? “aku harus mendapatkan motor soalnya aku gak mau masuk rekor muri karna gagal kepantai Jongring Salaka yang ketiga kalinya. Ketiga kalinya? Ya, nanti aja kita bahas ditopik lain kalo sempet.
Sudah tanggal tiga puluh nih… yang mau ikut juga belum pasti dan motornya masih kurang. Malam semakin larut dan akupun gak bisa tidur… haha lebay, padahal gak bisa tidur gara-gara penyakit maghku kambuh.
Dan hari yang dinanti-nanti pun telah tiba.^_^
Aku masih berusaha mencari motor dan pengorbananku merelakan pulsaku untuk meng-esemes teman-temanku tidak sia-sia. Hahaha, aku sudah mendapatkan motor dua. Orang yang rencana ikut ada sepuluh orang dan yang enam orang udah punya motor dan boncengan masing-masing. Siiip daah.. jadi nih pesta bikini kata temenku…
Anak-anak ku suruh ngumpul jam sepuluh tapi sampe jam sebelas pun yang ngumpul cuma ada tiga ekor dan satu orang yaitu aku. Jam duabelas nambah lagi dua ekor+motornya. Aku udah bertekad pokoknya harus jadi walopun cuma lima ekor dan satu orang yang berangkat… eh salah, enam orang maksudku… sebagai koordinator tanpa SK yang baik, aku juga menghubungi teman-teman yang lain dan menyuruh yang lain juga menghubungi yang lain.
Jam satu udah pada ngumpul semua. Ada sebelas orang dan enam motor. Eh skarang malah kelebihan, satu motor gak da boncengannya. Dan anak yang ada disitu pun yang sebenarnya gak ada niat ikut jadi ikut rombongan kita. Nyari motor susah banget tapi nyari orang yang ikut gak nyampe satu menit. Terserahlah yang penting happy… tambah banyak yang ikut tambah seru. Malahan ternyata teman-teman yang lain masih ada nyang pengen ikut tapi gak ada motor. Hmmm…. Akhirnya dengan ikhlas kita tinggalin mereka..hahaha sebenernya yang harus ikhlas kan mereka… ^_^
Untuk menuju pantai Jongring Salaka sebenarnya hanya membutuhkan waktu tiga jam dari kota Malang tapi karna ada adegan tunggu menunggu dan membeli kebutuhan untuk satu tahun (2011 ke 2012) seperti ikan, jagung, terompet, kembang api deelel oleh karena itu kita menghabiskan waktu sekitar empat setengah jam untuk kesana. Langit pun mulai menampakkan kalau dia akan mengirimkan utusannya ke bumi yang kayaknya akan menganggu perjalanan kita. Kata orang, hujan adalah berkah namun kali ini kami berharap untuk tidak hujan dulu tapi bukan berharap untuk tidak mendapatkan berkah dariNya loh ya.. Langit masih belum bersahabat, utusannya yang berupa hujan rintik-rintik dan hujan beneran pun turun ke bumi sehingga jadilah empat orang temanku menjadi teletubies karna membeli jas hujan sewarna dengan teletubuies.. Hanya sebentar hujan menemani kita di jalan. Plang dipinggir jalan menunjukkan bahwa kita harus belok kiri untuk menuju pantai Jonggring Salaka. Makadam di depan sudah menanti, gak tau pasti berapa meter makadam yang harus dilewati karna aku belum sempat mengukurnya. Yang pasti karna tadi baru selesai hujan jadi sudah bisa dipastikan kalau jalannya becek dan didaerah situ gak ada ojek kata Cinta Laura.. gak ngurus deh walaupun jalannya kayak apa juga pasti tetep capcus ciiin… Untung aku dan temenku Cuma jatuh sekali, walaupun aku harus turun dari motor beberapa kali. Pas jatuh aku gak*mikirin sakitnya tapi motornya, biasa motor pinjaman..
Aku sudah mendengar suara ombak tapi pantainya belum kelihatan. Sedikit lagi kita sampai. Seperti yang sudah kuduga, sepi. Pantainya gak ada orang sama sekali. Yuhuuuuiiii pantai pribadi kita… Sunset sudah menunggu disana. Tanpa segan aku melepaskan alas kaki dan berlari diatas pasir putihnya Jonggring Salaka yang begitu lembut. Matahari sudah melambaikan tanggannya seandainya dia punya, sebentar lagi dia akan meninggalkan kita. Tugasnya hari ini untuk menerangi Indonesia sudah selesai. Dia punya tugas lagi untuk menerangi Negara lain. Sebelum dia benar-benar meninggalkan kita, aku harus mempunyai kenang-kenang bersamanya yang ku abadikan dengan sebuah benda yang biasa orang-orang menyebutnya camera digital. Semakin lengkap dengan hadirnya pemandangan warni-warni yang melengkung di langit. Merah, jingga, kuning, hijau, biru, nila dan ungu. Warna-warna itu tersusun rapi dan membentuk lekukan di langit. Indah sekali melihat pelangi dan sunset di tepi pantai yang pasirnya sangat lembut dan berwarna putih bersih. Pantai ini sungguh seperti pantai pribadi, masih sangat asli keindahan alamnya. Aksesnya yang susah membuat orang enggan untuk pergi ke pantai ini.
Langit berubah menjadi gelap. Matahari pergi, bulan pun datang dan seharusnya bersama bintang namun bintang masih malu-malu untuk menampakkan dirinya sehingga langit nampak sedih karena bintang tidak bisa menemaninya malam ini. Namun tak menjadi masalah. Masih ada deburan ombak yang akan menemani kami sepanjang malam bahkan sampai kami bangun nanti. Ikan-ikan yang kami beli tadi mulai ditusuk dengan kayu dan dibakar diatas api. Setelah gosong kami langsung melahapnya dengan dabu-dabu yang aku buat tadi… dabu-dabu itu sambel mentah khas daerah Indonesia bagian timur. Sambelnya pedes banget… Untungnya disini ada air tawar dan kamar mandi rusak tapi masih bisa digunakan untuk buang air dan cuci-cuci..
Pertarungan dengan ikan bakar pun usai. Kami melanjutkan dengan pesta cemilan dan bernyanyi bersama menggunakan gitar yang sudah sekarat. Malam semakin larut namun masih satu jam lagi pergantian tahun. Mataku sudah tak kuasa menahan kantuk dan aku pun mengambil posisi uenak diatas hamuck yang aku pasang tadi. Nikmatnya hidup….
“bangun… bangun…” aku mendengar suara anak-anak membangunkanku. Rupanya beberapa menit lagi sudah mau jam dua belas. Jagung yang tadi dibakar masih ada sisa dua buah, didepanku pula. Tanpa ragu langsung saja kuperintahkan otakku untuk menyuruh tanganku bergerak mengambil jagung itu… yumiii… baru bangun langsung makan tanpa susah-susah ikut menghirup asap saat bakar membakar jagung terjadi…
Doar… doar… aku kira bunyi pistol eh ternyata bunyi petasan (padahal beda jauh)… bunyi terompet juga terdengar dan tentunya aku heran karena cuma aku yang membawa terompet dan terompetku belum ada yang meniupnya. Ternyata pas aku tidur tadi ada rombongan lain yang datang, rombongan itu adalah teman-teman dari salah satu rombongan kami. Walaupun ada pengunjung lain tapi tak mengganggu pesta malam tahun baru kami toh makin rame juga tambah asyik apalagi kalo memang sudah ada yang kenal. Kembang aph mulai ikut dalam perayaan pesta tahun baru kami. Bunyi ombak juga tak mau ketinggalan untuk ikut meramaikan. Ikan-ikan dilaut mungkin juga meryakan dengan cara mereka sendiri… wuuuiiiih asyik sekali pas kembang api terakhir dinyalakan dan menghiasi langit tanpa bintang. Selamat tahun baru kawan. Semoga kita semua akan lebih baik lagi ditahun yang “katanya” mau kiamat ini.
Besok paginya hujan turun membasahi pasir pantai namun tidak terlalu deras. Tetangga sebelah terlihat berfoto-foto dibibir pantai. Temen-temenku banyak yang masih tidur. Aku sibuk dengan kacang telor dimulutku yang ditemani dengan segelas susu coklat. Sudah jam sembilan masih ada yang tidur, di bibir pantai sudah tak terlihat orang-orang yang mengabadikan diri mereka dengan camera tapi terlihat beberapa nelayan tanpa celana yang sedang mencari ikan dan dua anak kecil sedang menikmati ombak. Sekitar jam sepuluh semuanya sudah bangun dan melakukan tujuan kami datang kepantai ini yaitu menyatu dengan ombak di pingir pantai dan berlarian diatas pasir putih. Hanya ada rombongan kami, rombongan yang satunya lagi pergi ke goa dan para nelayan beserta anak kecil tadi yang kemungkinan besar adalah anaknya menghilang entah kemana (btw siapa yang peduli itu anaknya ato bukan). Oh ya perlu diketahui juga kalau gak jauh dari pantai ini terdapat goa horizontal dan dapat ditempuh dengan berjalan kaki dari pantai, Goa Sengek namanya.
Pas pulang sungguh asyik sekali karna hujan deras sehingga makadam juga becek dan dialiri air sungai. Dengan hanya patungan tiga puluhribu per orang kita sudah bisa menikmati pantai yang indah dan masih alami, makan enak dan merasakan keasyikan melewati makadam itu dengan motor, lumayan memacu adrenalin (padahal bukan aku yang nyetir..^_^) walaupun motor yang aku pinjam harus dibawa ke bengkel karena standart dan remnya bergeser dari tempat yang seharusnya, kunci motornya bengkok karena pas pulang juga sempat jatuh beberapa kali. Hmmm….
Kesimpulan :
  1. Pantai ini sangat indah dan masih alami
  2. tidak jauh dari pantai ini terdapat Goa horizontal
  3. Berasa kayak pantai sendiri karena sepi pengunjung tapi ada beberapa nelayan juga yang nyari ikan tapi gak lama
  4. Ada air tawar dan kamar mandi rusak yang bisa dipake buat buang air dan cuci-cuci
  5. Aksesnya susah dan tidak ada kendaraan umum untuk menuju ke pantai ini juga jauh dari rumah penduduk jadi sebaiknya semua yang ingin dibawa, disiapkan lebih dahulu karena lumayan jauh dari rumah penduduk apalagi supermarket
  6. Jarak dari kota Malang ke pantai ini sekitar tiga jam dengan kecepatan motor yang dipacu 60-80 km per jam dan melewati makadam sekitar tiga puluh menit
  7. Karena pantai ini seperti tidak terurus jadi keluar masuk tidak dipungut biaya kecuali ketemu makhluk yang berpura-pura menjadi penjaga pos