Perayaan malam tahun baru
merupakan salah satu ajang untuk menumpahkan segala kepenatan yang
ada dalam pikiran untuk dikeluarkan dari otak kita. Begitu juga aku
dan temen-temenku. Di kota Batu pasti akan sangat rame sekali.
Orang-orang akan berdatangan kesana untuk membuatkan kota yang dingin
itu menjadi sumpek sehingga kami tidak memilih kota itt sebagai
tujuan untuk merayakan malam tahun baru. Di kota malang sendiri pun
pasti akan ramai dengan orang-orang yang sudah berkuasa dikota ini
alias penghuni tetap yang asli Malang ataupun perantau. Dan dengan
kondisi kantong yang kering diakhir bulan apalagi akhir tahun
(bukannya tiap hari juga kanker) kami memilih tempat yang sepi tapi
murah dan tentunya tidak kalah menarik dari tempat-tempat wisata yang
sering dkiunjungi orang. Dimanakah itu?
Pantai jongring Salaka
adalah tempat yang tepat. Dan aku yakin orang asli malang pun tidak
banyak yang tau dengan tempat ini dan sudah terbukti saat aku
berbicara tentang pantai Jongring Salaka dengan orang-orang asli
Malang atau orang yan sudah lama tinggal di Malang, mereka memang
tidak mengetahui misteri pantai ini.
Dasar mahasiswa yang gak
modal, untuk berangkat kesana kami harus mencari pinjaman motor.
Karena pasti gak bakalan jadi kalo berangkatnya pake mobil. Bisa-bisa
bukan seneng yang kita dapet tapi pusing karna harus mikirin biaya
untuk service mobil. Soalnya akses kesana kita harus ngelewatin
makadam yang lumayan jauh. Sebenernya selain obil, kita bisa menyewa
pickup yang harganya lima ratus ribu tapi seperti yang ku bilang tadi
kondisi kantong yang sangat kering makanya kita harus ngusahain
pinjaman motor. Ingat, pinjaman bukan penyewaan karna di Malang tidak
ada tempat yang menyewakan kendaraan yang bernama motor itu. Aku udah
tanya temen-temenku tapi gak ada yang tau tempat penyewaan motor dan
“motor siapa yang bisa dipinjam saat tahun baru gini?” bathinku.
Dasar anak-anak yang gak mau repot jadilah aku ditunjuk sebagai
koordinator tanpa SK atau Surat Keputusan dari mereka. Dan berhubung
aku yang kebelet dari januari 2011 pengen ke pantai itu lagi,
akhirnya aku dengan sukarela aku menerimanya.
Tugas pertamaku pun
sebagai koordinator mulai kujalankan yaitu mencari siapa-siapa saja
yang ikut. Sudah kudapatkan nama-nama itu tapi aku harus memastikan
lagi sebelum berangkat karna banyak juga yang kata orang-orang
skarang itu GE-JE alias gak jelas. Langkah kedua yaitu melihat
kontak-kontak yang ada diHPku, untuk apa? Yup! Benar sekali, untuk
meminjam motor. Aku meng-esemes orang-orang yang sekiranya bisa
dipinjam motornya. Langkah kedua ini sudah kulakukan sejak H-3 namun
nihil. Hmmmm….. kemana aku harus meminjam motor? “aku harus
mendapatkan motor soalnya aku gak mau masuk rekor muri karna gagal
kepantai Jongring Salaka yang ketiga kalinya. Ketiga kalinya? Ya,
nanti aja kita bahas ditopik lain kalo sempet.
Sudah tanggal tiga puluh
nih… yang mau ikut juga belum pasti dan motornya masih kurang.
Malam semakin larut dan akupun gak bisa tidur… haha lebay, padahal
gak bisa tidur gara-gara penyakit maghku kambuh.
Dan hari yang
dinanti-nanti pun telah tiba.^_^
Aku masih berusaha
mencari motor dan pengorbananku merelakan pulsaku untuk meng-esemes
teman-temanku tidak sia-sia. Hahaha, aku sudah mendapatkan motor dua.
Orang yang rencana ikut ada sepuluh orang dan yang enam orang udah
punya motor dan boncengan masing-masing. Siiip daah.. jadi nih pesta
bikini kata temenku…
Anak-anak ku suruh
ngumpul jam sepuluh tapi sampe jam sebelas pun yang ngumpul cuma ada
tiga ekor dan satu orang yaitu aku. Jam duabelas nambah lagi dua
ekor+motornya. Aku udah bertekad pokoknya harus jadi walopun cuma
lima ekor dan satu orang yang berangkat… eh salah, enam orang
maksudku… sebagai koordinator tanpa SK yang baik, aku juga
menghubungi teman-teman yang lain dan menyuruh yang lain juga
menghubungi yang lain.
Jam satu udah pada
ngumpul semua. Ada sebelas orang dan enam motor. Eh skarang malah
kelebihan, satu motor gak da boncengannya. Dan anak yang ada disitu
pun yang sebenarnya gak ada niat ikut jadi ikut rombongan kita. Nyari
motor susah banget tapi nyari orang yang ikut gak nyampe satu menit.
Terserahlah yang penting happy… tambah banyak yang ikut tambah
seru. Malahan ternyata teman-teman yang lain masih ada nyang pengen
ikut tapi gak ada motor. Hmmm…. Akhirnya dengan ikhlas kita
tinggalin mereka..hahaha sebenernya yang harus ikhlas kan mereka…
^_^
Untuk menuju pantai
Jongring Salaka sebenarnya hanya membutuhkan waktu tiga jam dari kota
Malang tapi karna ada adegan tunggu menunggu dan membeli kebutuhan
untuk satu tahun (2011 ke 2012) seperti ikan, jagung, terompet,
kembang api deelel oleh karena itu kita menghabiskan waktu sekitar
empat setengah jam untuk kesana. Langit pun mulai menampakkan kalau
dia akan mengirimkan utusannya ke bumi yang kayaknya akan menganggu
perjalanan kita. Kata orang, hujan adalah berkah namun kali ini kami
berharap untuk tidak hujan dulu tapi bukan berharap untuk tidak
mendapatkan berkah dariNya loh ya.. Langit masih belum bersahabat,
utusannya yang berupa hujan rintik-rintik dan hujan beneran pun turun
ke bumi sehingga jadilah empat orang temanku menjadi teletubies karna
membeli jas hujan sewarna dengan teletubuies.. Hanya sebentar hujan
menemani kita di jalan. Plang dipinggir jalan menunjukkan bahwa kita
harus belok kiri untuk menuju pantai Jonggring Salaka. Makadam di
depan sudah menanti, gak tau pasti berapa meter makadam yang harus
dilewati karna aku belum sempat mengukurnya. Yang pasti karna tadi
baru selesai hujan jadi sudah bisa dipastikan kalau jalannya becek
dan didaerah situ gak ada ojek kata Cinta Laura.. gak ngurus deh
walaupun jalannya kayak apa juga pasti tetep capcus ciiin… Untung
aku dan temenku Cuma jatuh sekali, walaupun aku harus turun dari
motor beberapa kali. Pas jatuh aku gak*mikirin sakitnya tapi
motornya, biasa motor pinjaman..
Aku sudah mendengar suara
ombak tapi pantainya belum kelihatan. Sedikit lagi kita sampai.
Seperti yang sudah kuduga, sepi. Pantainya gak ada orang sama sekali.
Yuhuuuuiiii pantai pribadi kita… Sunset sudah menunggu disana.
Tanpa segan aku melepaskan alas kaki dan berlari diatas pasir
putihnya Jonggring Salaka yang begitu lembut. Matahari sudah
melambaikan tanggannya seandainya dia punya, sebentar lagi dia akan
meninggalkan kita. Tugasnya hari ini untuk menerangi Indonesia sudah
selesai. Dia punya tugas lagi untuk menerangi Negara lain. Sebelum
dia benar-benar meninggalkan kita, aku harus mempunyai kenang-kenang
bersamanya yang ku abadikan dengan sebuah benda yang biasa
orang-orang menyebutnya camera digital. Semakin lengkap dengan
hadirnya pemandangan warni-warni yang melengkung di langit. Merah,
jingga, kuning, hijau, biru, nila dan ungu. Warna-warna itu tersusun
rapi dan membentuk lekukan di langit. Indah sekali melihat pelangi
dan sunset di tepi pantai yang pasirnya sangat lembut dan berwarna
putih bersih. Pantai ini sungguh seperti pantai pribadi, masih sangat
asli keindahan alamnya. Aksesnya yang susah membuat orang enggan
untuk pergi ke pantai ini.
Langit berubah menjadi
gelap. Matahari pergi, bulan pun datang dan seharusnya bersama
bintang namun bintang masih malu-malu untuk menampakkan dirinya
sehingga langit nampak sedih karena bintang tidak bisa menemaninya
malam ini. Namun tak menjadi masalah. Masih ada deburan ombak yang
akan menemani kami sepanjang malam bahkan sampai kami bangun nanti.
Ikan-ikan yang kami beli tadi mulai ditusuk dengan kayu dan dibakar
diatas api. Setelah gosong kami langsung melahapnya dengan dabu-dabu
yang aku buat tadi… dabu-dabu itu sambel mentah khas daerah
Indonesia bagian timur. Sambelnya pedes banget… Untungnya disini
ada air tawar dan kamar mandi rusak tapi masih bisa digunakan untuk
buang air dan cuci-cuci..
Pertarungan dengan ikan
bakar pun usai. Kami melanjutkan dengan pesta cemilan dan bernyanyi
bersama menggunakan gitar yang sudah sekarat. Malam semakin larut
namun masih satu jam lagi pergantian tahun. Mataku sudah tak kuasa
menahan kantuk dan aku pun mengambil posisi uenak diatas hamuck yang
aku pasang tadi. Nikmatnya hidup….
“bangun… bangun…”
aku mendengar suara anak-anak membangunkanku. Rupanya beberapa menit
lagi sudah mau jam dua belas. Jagung yang tadi dibakar masih ada sisa
dua buah, didepanku pula. Tanpa ragu langsung saja kuperintahkan
otakku untuk menyuruh tanganku bergerak mengambil jagung itu…
yumiii… baru bangun langsung makan tanpa susah-susah ikut menghirup
asap saat bakar membakar jagung terjadi…
Doar… doar… aku kira
bunyi pistol eh ternyata bunyi petasan (padahal beda jauh)… bunyi
terompet juga terdengar dan tentunya aku heran karena cuma aku yang
membawa terompet dan terompetku belum ada yang meniupnya. Ternyata
pas aku tidur tadi ada rombongan lain yang datang, rombongan itu
adalah teman-teman dari salah satu rombongan kami. Walaupun ada
pengunjung lain tapi tak mengganggu pesta malam tahun baru kami toh
makin rame juga tambah asyik apalagi kalo memang sudah ada yang
kenal. Kembang aph mulai ikut dalam perayaan pesta tahun baru kami.
Bunyi ombak juga tak mau ketinggalan untuk ikut meramaikan. Ikan-ikan
dilaut mungkin juga meryakan dengan cara mereka sendiri… wuuuiiiih
asyik sekali pas kembang api terakhir dinyalakan dan menghiasi langit
tanpa bintang. Selamat tahun baru kawan. Semoga kita semua akan lebih
baik lagi ditahun yang “katanya” mau kiamat ini.
Besok paginya hujan turun
membasahi pasir pantai namun tidak terlalu deras. Tetangga sebelah
terlihat berfoto-foto dibibir pantai. Temen-temenku banyak yang masih
tidur. Aku sibuk dengan kacang telor dimulutku yang ditemani dengan
segelas susu coklat. Sudah jam sembilan masih ada yang tidur, di
bibir pantai sudah tak terlihat orang-orang yang mengabadikan diri
mereka dengan camera tapi terlihat beberapa nelayan tanpa celana yang
sedang mencari ikan dan dua anak kecil sedang menikmati ombak.
Sekitar jam sepuluh semuanya sudah bangun dan melakukan tujuan kami
datang kepantai ini yaitu menyatu dengan ombak di pingir pantai dan
berlarian diatas pasir putih. Hanya ada rombongan kami, rombongan
yang satunya lagi pergi ke goa dan para nelayan beserta anak kecil
tadi yang kemungkinan besar adalah anaknya menghilang entah kemana
(btw siapa yang peduli itu anaknya ato bukan). Oh ya perlu diketahui
juga kalau gak jauh dari pantai ini terdapat goa horizontal dan dapat
ditempuh dengan berjalan kaki dari pantai, Goa Sengek namanya.
Pas pulang sungguh asyik
sekali karna hujan deras sehingga makadam juga becek dan dialiri air
sungai. Dengan hanya patungan tiga puluhribu per orang kita sudah
bisa menikmati pantai yang indah dan masih alami, makan enak dan
merasakan keasyikan melewati makadam itu dengan motor, lumayan
memacu adrenalin (padahal bukan aku yang nyetir..^_^) walaupun motor
yang aku pinjam harus dibawa ke bengkel karena standart dan remnya
bergeser dari tempat yang seharusnya, kunci motornya bengkok karena
pas pulang juga sempat jatuh beberapa kali. Hmmm….
Kesimpulan :
- Pantai ini sangat indah dan masih alami
- tidak jauh dari pantai ini terdapat Goa horizontal
- Berasa kayak pantai sendiri karena sepi pengunjung tapi ada beberapa nelayan juga yang nyari ikan tapi gak lama
- Ada air tawar dan kamar mandi rusak yang bisa dipake buat buang air dan cuci-cuci
- Aksesnya susah dan tidak ada kendaraan umum untuk menuju ke pantai ini juga jauh dari rumah penduduk jadi sebaiknya semua yang ingin dibawa, disiapkan lebih dahulu karena lumayan jauh dari rumah penduduk apalagi supermarket
- Jarak dari kota Malang ke pantai ini sekitar tiga jam dengan kecepatan motor yang dipacu 60-80 km per jam dan melewati makadam sekitar tiga puluh menit
- Karena pantai ini seperti tidak terurus jadi keluar masuk tidak dipungut biaya kecuali ketemu makhluk yang berpura-pura menjadi penjaga pos
Tidak ada komentar:
Posting Komentar