PAPA
Banyak
sekali orang yang selalu bersemangat jika menceritakan tentang Ibu.
Kelemah lembutan identik dengan sosoknya yang juga penyayang. Tidak
hanya itu, Ibu biasanya menjadi penyemangat anak untu selalu menjadi
yang terbaik karena biasanya Ibu yang lebih dekat dengan
anaknya terutama perempuan. Kepada Ibu kita mencurahkan isi hati atau
sering kita dengar dengan kata curhat. Jika kita salah dan Ayah
memarahi kita, Ibu dengan penuh iba meminta Ayah agar berhenti untuk
memarahi atau menghukum kita. Tapi sesungguhnya diluar itu semua,
Ayah sangat menyayangi kita namun beliau cenderung tidak bisa
mengekspresikan rasa sayangnya tersebut.
Jika
berbicara tentang sosok seorang Ayah yang biasa ku panggil Papa,
banyak hal yang ingin ku tuliskan. Rasanya tidak akam habis semua
lembaran kertas yang ada di bumi ini. Cinta Papa kepadaku dan
adik-adikku sungguh besar, lebih besar dari bumi ini, lebih luas dari
lautan dan lebih tinggi dari langit. Satu lagi, pernah dengar kalimat
“cinta kasih ibu sepanjang jalan yang artinya tak berujung” hal
ini tidak hanya berlaku untuk ibu kepada anaknya tapi begitu juga
dengan Papa.
Papa
adalah motivator terbaik dalam hidupku. Jika aku sedang jatuh, gagal
dan sakit lalu mengingat Papa dengan begitu ada energi dalam jiwa
yang mendorongku untuk bangkit kembali. Papa tak pernah berkata TIDAK
untuk menolak keinginan kami walaupun itu membuat beliau susah. Jika
Papa tidak bisa memberikannya, beliau selalu berkata insya Allah agar
anak-anaknya tidak kecewa dan selalu berusaha untuk memenuhi semua
itu walaupun harus bercucur keringat. Demi sebuah senyuman dari
anaknya, Papa rela melakukan itu semua. Jika aku ingin melakukan
sesuatu dan hal itu tidak disukai Papa, beliau lebih memilih untuk
mengalah dengan memberikan pertimbangan yang bijak sebelum aku
melakukannya.
Ingatanku
melayang pada waktu aku masih mengenakan putih biru. Waktu itu aku
dimasukkan ke pondok pesantren. Pada pertengahan kelas 2, aku minta
untuk pindah sekolah. Awalnya Papa terus membujukku untuk terus
lanjut hingga kelas 3 namun aku menangis sejadi-jadinya hingga Papa
pun tak tega melihat airmataku dan mengijinkan untuk pindah ke
Madrasah Tsanawiyah. Setahun kemudian, aku meminta hal yang membuat
Papa sedih lagi yaitu melepas kerudung (diluar sekolah). Lagi-lagi
permintaan yang sulit untuk dikabulkan sampai Papa meminta Bu’de
untuk menasehatiku. Tapi karna waktu itu aku benar-benar sedang
dirasuki setan sehingga aku tak mendengar omongan siapapun. Papa pun
menangis dalam hatinya melihat aku mulai tak berkerudung lagi jika
berada diluar sekolah.
Saat
masuk SMA, Papa menginginkan aku untuk masuk pondok pesantren lagi
namun baru sekali permintaan itu Papa ungkapkan, aku bahkan
berkali-kali mengatakan TIDAK. Selama perjalananku sebagai remaja
yang mencari jati diri, aku menemukan seseorang yang biasa disebut
pacar. Selama aku menikmati masa itu, sering aku tidak berada di
rumah karena sering bertemu dengan pacar dan teman-temanku. Saat itu
aku tidak memikirkan Papa yang cemburu melihat aku bersama pria lain
dan pastinya sedih ketika aku lebih nyaman berada di luar rumah
daripada di rumahku sendiri. Mungkin saja waktu itu Papa memikirkan
bagaimana cara agar rumah kita terasa nyaman sehingga para
penghuninya betah berada di rumah.
Saat
masuk kuliah, aku sangat sedih harus berpisah jauh dengan Papa karena
aku memilih kuliah di Malang. Lebaran pertama tidak kurayakan di
tanah kelahiranku Gorontalo bersama dengan keluargaku karena Papa
meminta agar aku tidak pulang dulu dikarenakan biaya yang cukup
mahal. Awalnya aku tidak bisa menerima dan merayu Papa agar bisa
pulang walaupun hanya naik kapal laut namun Papa justru tidak
mengijinkan karena takut dengan cuaca yang tidak bersahabat. Papa
takut putrinya yang baru beranjak dewasa ini ‘kenapa-napa’. Aku
tau Papa sedih ketika tidak bisa mengabulkan permintaanku untuk
pulang namun apa daya. Setelah aku mulai menikmati masa menjadi
mahasiswa rantau, aku sering sekali meminta kiriman uang bulanan
diawal waktu dan Papa selalu mengabulkan ermintaanku. Papa tak tega
melihat anaknya kelaparan di kampung orang.
Memasuki
semester 5, aku mulai malas kuliah dan aku tidak memikirkan perasaan
Papa sama sekali dan bagaimana susahnya Papa membanting tulang untuk
anak-anaknya. Hal itu berlangsung hingga semester 6. Dan saat
memasuki semester 7, aku mulai memperbaiki kuliah dan mengambil
semester pendek dan otomatis waktu itu aku merogoh kantong Papa
LAGI.. Tidak berhenti sampai disitu, saat aku KKN bertepatan dengan
wisuda magister Papa di UGM dan aku ingin sekali datang. Aku berniat
untuk menunda KKN hanya karena ingin liburan bersama keluarga di
Jogja. Aku meminta ijin pada Papa akan hal ini namun lagi-lagi Papa
tidak menolak keinginanku tapi dengan berat hati Papa mengatakan
pilihlah yang menurutku baik untuk saat ini dan kedepannya.
Sebenarnya dari perkataan Papa aku tau bahwa beliau ingin aku ikut
KKN saja, bukan karena tidak ingin bertemu denganku tapi Papa ingin
aku cepat menyelesaikan studiku terutama karena aku anak pertama.
Awalnya aku memutuskan untuk menunda KKN tapi karena tanteku
mengatakan sesuatu yang menghantam hatiku tentang keadaan Papa
akhirnya aku memutuskan untuk mengikutinya. Aku mulai menyadari bahwa
aku sering membuat Papa sedih.
Hingga
saat ini aku memasuki semester 9, aku masih saja meminta uang untuk
Papa untuk hal-hal yang tidak begitu penting. Papa menginginkan aku
lulus tepat waktu kemudian melanjutkan sekolah lagi namun samapi saat
ini aku belum juga memberikan apa yang Papa inginkan. Aku bahkan
sempat menolak keinginan Papa untuk sekolah lagi. Namun saat ini
apapun yang Papa inginkan akan kulakukan. Aku memang berbeda dengan
adikku yang selalu membuat Papa bangga dengan prestasinya dan jarang
meminta uang. Sampai detik ini belum ada yang bisa kuberikan untuk
Papa. Papa selalu menjadi motivator yang setia untukku walapun tidak
secara langsung.
Papa,
aku janji akan memberikan sesuatu yang dapat membuatmu tersenyum
walau hanya secuil saja. Jika aku bisa mengukir senyuman dibibirmu
walau hanya sedikit, maka kebahagiaan yang tak terkira akan terukir
dihatiku. Aku tidak akan pernah melupakan senyumanmu yang tercipta
karenaku.
I
love you Papa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar