Jumat, 12 September 2014

Pasukan Hebat Kuberi julukan mereka Pasukan Hebat dengan harapan bisa menjadi hebat seperti namanya kelak nanti. Mereka tidak memilih untuk terlahir dan besar di Pulau terpencil seperti saat ini. Seandainya mereka bisa memilih maka aku yakin mereka akan lebih memilih tinggal di daerah yang lebih maju agar mereka bisa mendapatkan pendidikan yang layak. Letak geografis membuat mereka tidak bisa sama seperti dengan teman-teman mereka di Kota. Disaat anak-anak Kota sudah merasakan perubahan kurikulum 2013, maka mereka sudah sangat bersyukur bisa belajar dengan buku yang ada. Ketika teman-teman mereka bisa bermain di Taman bermain, Mall atau tempat wisata seperti water boom maka mereka sudah senang bisa bermain dan mandi di pantai. Disaat yang lain sudah bisa bermain Gadget, Playstasion atau permainan yang mahal, maka mereka sudah bersyukur bisa menonton televisi yang biasanya hanya dinikmati dari jam 6 sampai 9 malam. Disaat anak-anak lain sudah menonton berbagai macam serial, film atau video anak-anak maka mereka sudah senang bisa menonton sinetron karena apa? Listrik yang hanya 3 jam di malam hari, membuat mereka tak punya pilihan. Saat anak-anak di luar sana sudah sering pergi ke luar kota bahkan luar negeri maka mereka sudah sangat senang bisa mengenal Indonesia dan Dunia dari Peta, bahkan sudah menjadi sesuatu yang sangat menyenangkan ketika mereka bisa pergi ke pusat Kota Gorontalo sebentar saja. Pasukan Hebatku, aku ingin kalian mengenal dunia, aku ingin kalian bermimpi dan mewujudkannya, aku ingin kalian menjadi orang-orang yang hebat seperti nama yang kuberikan. Sungguh menyenangkan ketika melihat kalian tersenyum, tertawa riang ketika kita saling berinteraksi. Aku tak ingin meminta apapun dari kalian karena kalian sudah memberikan banyak hal untukku. Kalian sangat menginspirasi, sungguh aku tak berbohong. Banyak hal yang aku dapatkan semenjak aku menginjakkan kaki pertama kali di dusun Botongo Pulau Dudepo di Gorontalo Utara saat itu. Aku berharap suatu saat nanti kalian bisa tersenyum mengenal dunia. Menyapaku di jalan saat kita bertemu dan saat itu kalian sudah memakai jas, seragam polisi/suster atau mungkin memakai korpri. Tak perlu kalian mengingatku, asal kalian bisa mengingat setiap ilmu yang aku berikan. Ah, mungkin aku belum memberikan apa-apa tapi sudah mengambil apa-apa dari kalian. Aku sudah merasakan betapa senangnya tinggal di desa dan bertemu dengan kalian di sana. Aku sudah mengambil momen bahagia saat kita berfoto bersama. Aku sudah mengambil apalagi ya? Banyak kurasa yang tak bisa kusebutkan. Aku ingin memanfaatkan waktuku untuk berbagi selama aku mampu dan akan kubagi apa yang bisa kubagi. Terima kasih Indonesia Mengajar, walaupun aku tidak lolos seleksi untuk menjadi pengajar muda tapi aku sudah terinspirasi untuk membuat sesuatu yang bermanfaat untuk pendidikan Indonesia. Kita akan bisa menjadi bagnsa yang hebat ketika kita punya generasi penerus bangsa yang terdidik karena mereka yang akan membawa Indonesia dikenal dunia. Entahlah, mungkin terlalu muluk harapanku tapi aku yakin setiap anak punya janji kehidupan untuk menjadi lebih baik. Setiap anak berhak untuk bermimpi dan mewujudkannya. Masih ingat dengan Andre Hirata? Ya, hanya ada sekian anak desa yang bisa menjadi seperti dia tapi siapa yang tau salah satunya adalah pasukan hebatku? Menurut Anies Baswedan, mendidik adalah kewajiban orang-orang terdidik. Rangkaian kata itu sungguh menyentuh. Aku tidak merasa lebih pintar dari mereka, mungkin aku hanya lebih beruntung karena bisa mendapatkan fasilitas yang lebih baik dan terlahir lebih dulu dari mereka sehingga aku wajib membagikan hal itu untuk mereka maka itulah yang kulakukan saat ini. Pendidikan adalah senjata utama untuk mengubah peradaban, Nelson Mandela...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar